BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setelah kitab muwata’nya
Imam Malik, Jami’ al-Sahihnya Imam Bukhari dan Muslim, serta Musnad nya
imam ahmad bin Hanbal, kini tengah hadir kitab sunan dari imam Abu Daud. Sunan
Abu Daud merupakan salah satu kitab sunan yang muncul dan berkembang pada abad
ke-3 H, bersama kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan sumber
hadis-hadis Nabi yang berharga. Dengan berbagai keilmuan yang ia geluti serta
kecerdasan yang dimilikinya menjelma pula karya-karya lainnya, ini membuktikan
bahwasannya ia adalah seorang tokoh atau ulama hadis yang produktif. Sebut saja
kitab sunan Abu Daud., kitab ini merupakan karya monumentalnya, tidak ada
sesuatupun tercipta tanpa ruang hampa, kitab ini pun tercipta karena adanya
faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginya, dengan berbagai ciri khasnya
kitab ini menjelma sebagai kitab yang menempati posisi ketiga setelah imam
Bukhari dan Muslim, yang mana kitab sunan ini memiliki karakteristik
tersendiri, dengan mengumpulkan hadis-hadis yang beraromakan fiqih, dan masih
banyak ragam variasi seluk beluk perihal kitab ini.
Tidaklah
mungkin jikalau adanya putih tanpa adanya hitam dalam kehidupan, mungkin ini
kata-kata yang tepat untuk menggambarkan keberadaan kitab sunan Abu Daud dimata
para tokoh-tokoh hadis atau ulama-ulama. seiring berjalannya waktu ke waktu
kitab sunan ini pun menuai berbagai sanjungan maupun kritikan-kritikan, namun
bagaimanapun juga kritikan-kritikan itu tidak lantas mengurangi keabsahan kitab
ini, sebagai kitab hadis yang menjadi
pedoman bagi umat manusia setelah al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas penulis menemukan permasalahan sebagai berikut, antara
lain :
a.
Bagaimana biografi imam Abu Daud ?
b.
Bagaimana latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud ?
c.
Bagaimana metode penyusunan dan penukisan kitab sunan Abu Daud ?
d.
Bagaimana sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud ? dan
e.
Bagaimana
pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini meliputi: pertama mendeskripsikan biografi imam Abu Daud, kedua mengetahui latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud, ketiga
mengetahui metode penyusunan dan penulisan kitab sunan Abu Daud, keempat
mengetahui sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud, dan Kelima
mengetahui pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud
Serta, menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa maupun mahasiswi dilingkup IAIN
Syekh NurJati Khususnya Jurusan Tafsir Hadis semester
VI dalam perkuliahan Studi Kitab Hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Imam Abu Daud
Imam Abu Daud
adalah seorang imam ahli hadis yang terkenal. Kemampuannya menguasai keilmuan
hadis dan fiqih, serta dikenal sebagai seorang hafidz yang sempurna atas
teks-teks hadis, menempatkannya sebagai ulama ahli hadis yang mempunyai
kemampuan yang tinggi. dalam pandangan para praktisi hadis, ia ditempatkan pada
urutan ketiga setelah Imam Bukhari dan Muslim. Nama lengkapnya adalah Sulaiman
ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir Syadad ibn Ishaq ibn Imran ibn Azd
as-Sijistan. Nama Sijistan ini diambil dan disandarkan pada daerah
kelahirannya, yaitu suatu daerah yang terletak antara Iran dan Afghanistan. Ia
dilahirkan di Sijistan, pada tahun 202 H. ia juga merupakan ulama yang
produktif dalam menuangkan berbagai karya.[1]
Abu Daud
terlahir ditengah keluarga yang agamis. Mengawali intelektualisnya, Abu Daud
mempelajari al-Qur’an dan literatur bahasa Arab serta sejumlah materi lainnya
sebelum mempelajari hadis. Tradisi ini yang merakyat pada saat itu. Dalam
usianya yang kurang lebih dua puluh tahun, ia telah berkelana Baghdad. Hal ini
dapat diketahui ketika ia berada disana pada tahun 221 H. Setelah dewasa, ia
melakukan rihlah dengan lebih intensif untuk mempelajari hadis. Ia melakukan
perjalanan ke Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah Arab, Khurasan, Naisabur, dan
Bashrah. Pengembaraannya ini menunjang Abu Daud untuk mendapatkan hadis
sebanyak-banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab al-Sunan.
Abu Daud, yang
dikenal sebagai seorang ahli hadis, banyak meriwayatkan hadis yang diterimanya
dari guru-guru yang terkenal. Diantaranya adalah Ahmad bin Hanbal, Yahya bin
Ma’in, qutaibah bin Sa’id al-Saqafi, Utsman bin Muhamad bin abi Syaibah,
Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi, Musaddad bin Musharad al-Asadi, Musa bin
Isma’il al-Tamimi, Abu Utsman ‘Amr bin Marzuki al-Bahili, Abdullah bin Ahmad
al-Najili, Muhammad bin Basyar bin Utsman, Muslim bin Ibrahim, Ibrahim bin Musa
bin Yazid al-Tamimi, Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan, dan ‘Amr bin Aun al-Najili.
Adapun
murid-murid yang menerima periwayatan atau meriwayatkan hadis darinya antara
lain adalah Abu Bakar Abdullah bin Abu Daud, Abu Isa al-Tirmidzi, Abu
Abdurahman al-Nasa’i, Abu ‘Awanah, Abu Sa’id al-‘Arabi, Abdullah bin Sulaiman
al-Asy’as, Ahmad bin Muhammad bin Harun al-Khalal, Ali bin Husein bin al-Abid,
Muhammad bin Mukhallid, Isma’il bin Muhammad al-Safar, dan Ahmad bin Salman
al-Najad. Dalam menggeluti berbagai keilmuan tentunya ia banyak menuangkan
berbagai karya diantaranya adalah al-Sunan Abu Daud,kitab ini
merupakan karya monumentalnya, al-Marasil, Masa’il Imam Ahmad, al-Nasikh wa
al-Mansukh, al-Zuhd, Qaul Qadr, Fadha’il al-Anshar, Tasmiyyah al-Akhwan, Dalail
al-Nubuwwat dan masih banyak karya lainnya. Setelah mendalami berbagai
keilmuan, khusunya ilmu tentang hadis dan melakukan perjalanan ke berbagai
Negara serta mendapatkan periwayatan dan meriwayatkan suatu hadis akhirnya pada
tahun 275 H ia menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang ke 73 tahun atau
tepatnya pada tanggal 16 Syawal 275 H. di Bashrah.[2]
B.
Latar Belakang Penulisan
Perihal latar
belakang penulisan kitab sunan Abu Daud ini tidak dijelaskan secara eksplisit
pada khususnya, namun pada umumnya ada indikasi yang menuju kearah pembukuan
hadis pada masa itu, yakni tepatnya pada abad ke-3 H, dimana pada abad ini
banyak pembukuan hadis oleh imam-imam hadis terkemuka, diantaranya Jami’
al-Sahih yang dimiliki oleh imam Bukhari dan Muslim dll., yang mana Pada masa
itu telah terjadi berbagai konflik diantaranya perseteruan antara ahli ra’yu
dengan ahli hadis,[3]
sehingga faktor inilah yang memungkinkan Abu Daud dalam menuliskan kitabnya
yang kemudian dibukukannya secara periodik sehingga terciptanya kitab Sunan Abu
Daud.
C.
Metode Penyusunan dan Penulisan Kitab Sunan
Kitab sunan
menurut ahli hadis adalah kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih.
Kitab-kitab ini hanya memuat hadis-hadis marfu’, tidak memuat hadis mauquf
atau maqtu’, sebab dua macam hadis terakhir ini tidak disebut sunnah,
termasuk hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, sejarah dan zuhud.
Adapun metode yang dipakai oleh Abu Daud berbeda dengan metode ulama-ulama
sebelumnya, seperti imam Ahmad bin Hanbal yang menyusun kitab musnad dan imam
Bukhari dan Muslim yang menyusun kitabnya dengan hanya membatasi dengan hadis
yang sahih saja. Namun Abu Daud sendiri menyusun kitabnya dengan mengumpulkan
hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum, dan menyusunya berdasarkan urutan
bab-bab fiqih seperti taharah, shalat, puasa dan sebagainya dengan beraneka
kualitas, mulai dari yang sahih sampai yang dha’if. Tetapi,
hadis-hadis yang berkaitan dengan fadha’il al-a’mal, dan kisah-kisah
tidak dimasukan dalam kitabnya. Adapun dalam menyusun kitabnya, ia mencukupkan
diri dengan memaparkan satu atau dua buah hadis dalam setiap babnya, walaupun
masih terdapat sejumlah hadis sahih lainnya.
Dari segi
metodologis,Abu Daud telah melakukan penyaringan dari sekitar kurang lebihnya
500.000 hadis menjadi 4.800 hadis hukum, dalam artian hanya diambil kurang dari
satu persen jumlah hadis yang dikumpulkan, ini menandakan keselektifitasannya
dalam menyaring sebuah hadis. Menurut Ibnu Mandah, Abu Daud termasuk tokoh
hadis yang berhasil menyaring hadis-hadis sehingga ia dapat memisahkan antara
hadis yang sabit atau tetap keabsahannya, dengan hadis yang ma’lul atau hadis
yang ada cacatnya dan antara yang benar dengan yang keliru, disamping al-Bukhari,
Muslim dan Nasa’i.[4]
D.
Sistematika Penyusunan Kitab Sunan Abu Daud
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Abu Daud dalam menyusun kitabnya menurut
sistematika atau urutan bab-bab fiqih yang dapat memudahkan pembaca ketika akan
mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah tertentu.
Dalam sunan Abu Daud, ia membagi hadisnya dalam beberapa kitab, dan
setiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Adapun perinciannya adalah 35 kitab,
1871 bab, serta 4800 hadis. Tetapi menurut Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid,
jumlahnya sebanyak 5274 hadis. Perbedaan perhitungan tersebut tidaklah aneh,
karena Abu Daud sering mencantumkan sebuah hadis ditempat yang berbeda, hal ini
dilakukan karena untuk menjelaskan suatu hukum dari hadis tersebut, dan
disamping itu untuk memperbanyak jalur sanad. Adapun sistematika atau urutan
penulisan hadis dalam kitab sunan Abu Daud adalah sebagai berikut[5] :
NO
|
NAMA KITAB
|
Jumlah
|
|
BAB
|
HADIS
|
||
1
|
Al-taharah
|
143
|
390
|
2
|
Al-Shalat
|
367
|
1165
|
3
|
Al-Zakat
|
47
|
145
|
4
|
Al-Luqatah
|
-
|
20
|
5
|
Al-Manasik
|
98
|
325
|
6
|
Al-Nikah
|
50
|
129
|
7
|
Al-Talaq
|
50
|
138
|
8
|
Al-Saum
|
81
|
164
|
9
|
Al-Jihad
|
182
|
311
|
10
|
Dahaya
|
20
|
56
|
11
|
Al-Said
|
4
|
18
|
12
|
Al-Wasaya
|
17
|
23
|
13
|
Al-Fara’id
|
17
|
43
|
14
|
Al-Kharaj
wa al-Imarah
|
40
|
161
|
15
|
Al-Janaiz
|
84
|
153
|
16
|
Al-Aiman
wa al-Nuzur
|
32
|
84
|
17
|
Al-Buyu’
wa al-Ijarah
|
92
|
245
|
18
|
Al-Aqdiyyah
|
30
|
70
|
19
|
Al-‘Ilm
|
13
|
28
|
20
|
Al-Asyribah
|
22
|
67
|
21
|
Al-At’imah
|
55
|
119
|
22
|
Al-Tib
|
24
|
71
|
23
|
Al-‘Atqu
|
15
|
43
|
24
|
Al-Huruf
wa al-Qira’
|
-
|
40
|
25
|
Al-Hammam
|
3
|
11
|
26
|
Al-Libas
|
47
|
139
|
27
|
Al-Tarajjul
|
21
|
55
|
28
|
Al-Khattam
|
8
|
26
|
29
|
Al-Fitan
|
7
|
39
|
30
|
Al-Mahdi
|
-
|
12
|
31
|
Al-Malahim
|
18
|
60
|
32
|
Al-Hudud
|
40
|
143
|
33
|
Al-Diyat
|
32
|
102
|
34
|
Al-Sunnah
|
32
|
177
|
35
|
Al-Adab
|
108
|
502
|
E.
Pendapat Para Tokoh Tentang Kitab Sunan Abu Daud
Diantara
pandangan atau komentar positif para ulama terhadap kitab sunan Abu Daud
tersebut antara lain adalah, al-Khattabi berkata “ketahuilah oleh kamu
sekalian, sesungguhnya kitab karya Abu Daud itu adalah kitab (sunan) yang
ditulis mengenai pengetahuan keagamaan (Islam) dan tidak ada yang sebanding
dengannya[6].”,
Imam Abu Hamid al-Ghazali memandang kitab sunan Abu Daud ini sudah cukup atau
telah memenuhi syarat bagi para mujtahid untuk melakukan ijtihadnya,. Ibn
al-‘Arabi mengatakan “apabila seseorang sudah memiliki kitabullah dan kitab sunan
Abu Daud, maka tidak lagi memerlukan kitab lainnya”[7].
Disamping
ulama-ulama tersebut yang memberikan penilaian positif atas kitab sunan Abu Daud,
ada pula ulama hadis yang mengkritik hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Abu Daud
antara lain adalah adalah Ibn al-Jauzi. Ia seorang ahli tokoh hadis yang
terkenal bermadzhab Hanbali dan telah melakukan penelitian terhadap
hadis-hadis. Ibn al-Jauzi menemukan hadis-hadis yang maudhu’ (palsu). Namun
kritikan tersebut telah dibahas kembali oleh Jalaluddin al-Suyuti dalam
kitabnya yang berjudul al-La’ali al-Masnu’ah fi Ahadis al-Maudu’ah
dan Ali bin Muhammad Iraq al-Kunani dalam kitabnya Tanjih al-Syari’ah
al-Maudu’ah. Dalam kitab tersebut dijelaskan kembali hadis-hadis yang
dikritik oleh Ibn al-Jauzi, kemudian Ibn Taimiyah, Ibn Hajjar al-Asqalani, dan
Imam Nawawi mengemukakan beberapa argumennya, antara lain , pertama,
sebagian hadis dijelaskan kualitasnya sedangkan sebagian lain tidak. Kedua,
adanya hadis dha’if yang dinilai oleh para ulama tetapi tidak ada penjelasan
Abu Daud. Ketiga, adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Ahmad dalam
mentolerir hadis-hadis dha’if.[8]
BAB III
PENUTUP
Ø
Kesimpulan
Abu Daud
Sulaiman bin al-Asy’as bin Basyir bin Syidad bin Imran al-Azdi al-Sijistani,
yang biasa kita kenal sebagai imam Abu Daud, yakni pengarang kitab Sunan Abu
Daud adalah seorang tokoh hadis dilain sisi ia adalah ahli fiqih di masanya
yang produktif dalam menghasilkan berbagai karya, terbukti dengan berbagai
kitab yang dikarangnya, salah satunya adalah kitab sunan Abu Daud ini, yang
merupakan karya monumentalnya. Beliau sebagai ulama hadis pada umumnya
berhijrah dari satu tempat ke tempat lainnya guna mencari hadis dari tokoh
hadis lainnya yang nantinya ia jadikan sebagai guru, dan ia pun tak jarang
meriwayatkan riwayat atau hadis pada seorang tokoh hadis lainnya yang nantinya
ia jadikan sebagai muridnya. Seiring berjalannya waktu kemudian ia pun
membukukan hadis-hadis menjadi lebih periodik, yang kemudian ia beri nama kitab
sunan Abu Daud.
Dalam kitab sunan
ini memiliki karakteristik yang menjadi ciri khasnya, yakni hanya memuat
hukum-hukum Islam, susunannya pun berdasarkan urutan hukum fiqih, dari segi
metodologis, Abu Daud telah melakukan penyaringan kurang lebihnya 500.000 hadis
menjadi sekitar 4.800 an hadis, ini membuktikan keselektifan Abu Daud dalam
proses penghimpunan hadis, dan yang membedakan dari kitab sebelumnya ia pun
menambahkan hadis selain sahih dalam kitabnya, meskipun hadis itu dha’if
sekalian, namun beliau memiliki kriteria atau standarisasi tersendiri dalam
menilainya.
Kitab sunan ini
pun selain mendapat berbagai sanjungan tak jarang pula menuai suatu kritikan
dari para ulama lainnya, akan tetapi semua kritikan yang dilontarkan itu tidak
lantas mengurangi keabsahan dari kitab sunan Abu Daud itu sendiri.
Wallahu a’lam bi al sowabb
DAFTAR PUSTAKA
Ø Abdurahman,
Muhammad, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta : Teras, 2003
Ø Assa’id,
Abdullah, Hadis hadis Sekte, Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar, 1986
Ø Khaeruman,
Badri, Ulum al-Hadis, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2004
Ø _______________Otentitas
Hadis, Bandung : PT. Rosda Karya, 2004
Ø Makalah
Kelompok 3
Ø Sunan Abu
Daud
[6] . Badri Khaeruman, otentitas hadits, (PT. Rosda Karya :
Bandung 2004) hlm 87
[8] . http://www.referensimakalah.com/2011/09/pendapat-ulama-tentang-kitab-sunan-abu_7509.html?m=1. Muslihin al-Hafiz, Diunggah pada 19 Maret 2013, pukul
23.56 WIB