Rabu, 12 Juni 2013

Makalah Studi Kitab Hadis (Sunan Abu Daud)


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Setelah kitab muwata’nya Imam Malik, Jami’ al-Sahihnya Imam Bukhari dan Muslim, serta Musnad nya imam ahmad bin Hanbal, kini tengah hadir kitab sunan dari imam Abu Daud. Sunan Abu Daud merupakan salah satu kitab sunan yang muncul dan berkembang pada abad ke-3 H, bersama kitab-kitab sunan yang lain, kitab ini merupakan sumber hadis-hadis Nabi yang berharga. Dengan berbagai keilmuan yang ia geluti serta kecerdasan yang dimilikinya menjelma pula karya-karya lainnya, ini membuktikan bahwasannya ia adalah seorang tokoh atau ulama hadis yang produktif. Sebut saja kitab sunan Abu Daud., kitab ini merupakan karya monumentalnya, tidak ada sesuatupun tercipta tanpa ruang hampa, kitab ini pun tercipta karena adanya faktor-faktor tertentu yang melatar belakanginya, dengan berbagai ciri khasnya kitab ini menjelma sebagai kitab yang menempati posisi ketiga setelah imam Bukhari dan Muslim, yang mana kitab sunan ini memiliki karakteristik tersendiri, dengan mengumpulkan hadis-hadis yang beraromakan fiqih, dan masih banyak ragam variasi seluk beluk perihal kitab ini.
Tidaklah mungkin jikalau adanya putih tanpa adanya hitam dalam kehidupan, mungkin ini kata-kata yang tepat untuk menggambarkan keberadaan kitab sunan Abu Daud dimata para tokoh-tokoh hadis atau ulama-ulama. seiring berjalannya waktu ke waktu kitab sunan ini pun menuai berbagai sanjungan maupun kritikan-kritikan, namun bagaimanapun juga kritikan-kritikan itu tidak lantas mengurangi keabsahan kitab ini,  sebagai kitab hadis yang menjadi pedoman bagi umat manusia setelah al-Qur’an.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis menemukan permasalahan sebagai berikut, antara lain :
a.       Bagaimana biografi imam Abu Daud ?
b.      Bagaimana latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud ?
c.       Bagaimana metode penyusunan dan penukisan kitab sunan Abu Daud ?
d.      Bagaimana sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud ? dan
e.       Bagaimana pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud ?
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini meliputi: pertama mendeskripsikan biografi imam Abu Daud, kedua mengetahui latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud, ketiga mengetahui metode penyusunan dan penulisan kitab sunan Abu Daud, keempat mengetahui sistematika penyusunan kitab sunan Abu Daud, dan Kelima mengetahui pendapat para tokoh atau para ulama tentang kitab sunan Abu Daud Serta, menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa maupun mahasiswi dilingkup IAIN Syekh NurJati Khususnya Jurusan Tafsir Hadis semester VI dalam perkuliahan Studi Kitab Hadis.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Imam Abu Daud
Imam Abu Daud adalah seorang imam ahli hadis yang terkenal. Kemampuannya menguasai keilmuan hadis dan fiqih, serta dikenal sebagai seorang hafidz yang sempurna atas teks-teks hadis, menempatkannya sebagai ulama ahli hadis yang mempunyai kemampuan yang tinggi. dalam pandangan para praktisi hadis, ia ditempatkan pada urutan ketiga setelah Imam Bukhari dan Muslim. Nama lengkapnya adalah Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir Syadad ibn Ishaq ibn Imran ibn Azd as-Sijistan. Nama Sijistan ini diambil dan disandarkan pada daerah kelahirannya, yaitu suatu daerah yang terletak antara Iran dan Afghanistan. Ia dilahirkan di Sijistan, pada tahun 202 H. ia juga merupakan ulama yang produktif dalam menuangkan berbagai karya.[1]
Abu Daud terlahir ditengah keluarga yang agamis. Mengawali intelektualisnya, Abu Daud mempelajari al-Qur’an dan literatur bahasa Arab serta sejumlah materi lainnya sebelum mempelajari hadis. Tradisi ini yang merakyat pada saat itu. Dalam usianya yang kurang lebih dua puluh tahun, ia telah berkelana Baghdad. Hal ini dapat diketahui ketika ia berada disana pada tahun 221 H. Setelah dewasa, ia melakukan rihlah dengan lebih intensif untuk mempelajari hadis. Ia melakukan perjalanan ke Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah Arab, Khurasan, Naisabur, dan Bashrah. Pengembaraannya ini menunjang Abu Daud untuk mendapatkan hadis sebanyak-banyaknya untuk dijadikan referensi dalam penyusunan kitab al-Sunan.
Abu Daud, yang dikenal sebagai seorang ahli hadis, banyak meriwayatkan hadis yang diterimanya dari guru-guru yang terkenal. Diantaranya adalah Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, qutaibah bin Sa’id al-Saqafi, Utsman bin Muhamad bin abi Syaibah, Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi, Musaddad bin Musharad al-Asadi, Musa bin Isma’il al-Tamimi, Abu Utsman ‘Amr bin Marzuki al-Bahili, Abdullah bin Ahmad al-Najili, Muhammad bin Basyar bin Utsman, Muslim bin Ibrahim, Ibrahim bin Musa bin Yazid al-Tamimi, Muhammad bin ‘Auf bin Sufyan, dan ‘Amr bin Aun al-Najili.
Adapun murid-murid yang menerima periwayatan atau meriwayatkan hadis darinya antara lain adalah Abu Bakar Abdullah bin Abu Daud, Abu Isa al-Tirmidzi, Abu Abdurahman al-Nasa’i, Abu ‘Awanah, Abu Sa’id al-‘Arabi, Abdullah bin Sulaiman al-Asy’as, Ahmad bin Muhammad bin Harun al-Khalal, Ali bin Husein bin al-Abid, Muhammad bin Mukhallid, Isma’il bin Muhammad al-Safar, dan Ahmad bin Salman al-Najad. Dalam menggeluti berbagai keilmuan tentunya ia banyak menuangkan berbagai karya diantaranya adalah al-Sunan Abu Daud,kitab ini merupakan karya monumentalnya,  al-Marasil, Masa’il Imam Ahmad, al-Nasikh wa al-Mansukh, al-Zuhd, Qaul Qadr, Fadha’il al-Anshar, Tasmiyyah al-Akhwan, Dalail al-Nubuwwat dan masih banyak karya lainnya. Setelah mendalami berbagai keilmuan, khusunya ilmu tentang hadis dan melakukan perjalanan ke berbagai Negara serta mendapatkan periwayatan dan meriwayatkan suatu hadis akhirnya pada tahun 275 H ia menghembuskan nafas terakhirnya di usianya yang ke 73 tahun atau tepatnya pada tanggal 16 Syawal 275 H. di Bashrah.[2]

B.     Latar Belakang Penulisan
Perihal latar belakang penulisan kitab sunan Abu Daud ini tidak dijelaskan secara eksplisit pada khususnya, namun pada umumnya ada indikasi yang menuju kearah pembukuan hadis pada masa itu, yakni tepatnya pada abad ke-3 H, dimana pada abad ini banyak pembukuan hadis oleh imam-imam hadis terkemuka, diantaranya Jami’ al-Sahih yang dimiliki oleh imam Bukhari dan Muslim dll., yang mana Pada masa itu telah terjadi berbagai konflik diantaranya perseteruan antara ahli ra’yu dengan ahli hadis,[3] sehingga faktor inilah yang memungkinkan Abu Daud dalam menuliskan kitabnya yang kemudian dibukukannya secara periodik sehingga terciptanya kitab Sunan Abu Daud.

C.    Metode Penyusunan dan Penulisan Kitab Sunan
Kitab sunan menurut ahli hadis adalah kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fiqih. Kitab-kitab ini hanya memuat hadis-hadis marfu’, tidak memuat hadis mauquf atau maqtu’, sebab dua macam hadis terakhir ini tidak disebut sunnah, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, sejarah dan zuhud. Adapun metode yang dipakai oleh Abu Daud berbeda dengan metode ulama-ulama sebelumnya, seperti imam Ahmad bin Hanbal yang menyusun kitab musnad dan imam Bukhari dan Muslim yang menyusun kitabnya dengan hanya membatasi dengan hadis yang sahih saja. Namun Abu Daud sendiri menyusun kitabnya dengan mengumpulkan hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum, dan menyusunya berdasarkan urutan bab-bab fiqih seperti taharah, shalat, puasa dan sebagainya dengan beraneka kualitas, mulai dari yang sahih sampai yang dha’if. Tetapi, hadis-hadis yang berkaitan dengan fadha’il al-a’mal, dan kisah-kisah tidak dimasukan dalam kitabnya. Adapun dalam menyusun kitabnya, ia mencukupkan diri dengan memaparkan satu atau dua buah hadis dalam setiap babnya, walaupun masih terdapat sejumlah hadis sahih lainnya.
Dari segi metodologis,Abu Daud telah melakukan penyaringan dari sekitar kurang lebihnya 500.000 hadis menjadi 4.800 hadis hukum, dalam artian hanya diambil kurang dari satu persen jumlah hadis yang dikumpulkan, ini menandakan keselektifitasannya dalam menyaring sebuah hadis. Menurut Ibnu Mandah, Abu Daud termasuk tokoh hadis yang berhasil menyaring hadis-hadis sehingga ia dapat memisahkan antara hadis yang sabit atau tetap keabsahannya, dengan hadis yang ma’lul atau hadis yang ada cacatnya dan antara yang benar dengan yang keliru, disamping al-Bukhari, Muslim dan Nasa’i.[4]

D.    Sistematika Penyusunan Kitab Sunan Abu Daud
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Abu Daud dalam menyusun kitabnya menurut sistematika atau urutan bab-bab fiqih yang dapat memudahkan pembaca ketika akan mencari hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah tertentu.
Dalam sunan Abu Daud, ia membagi hadisnya dalam beberapa kitab, dan setiap kitab dibagi menjadi beberapa bab. Adapun perinciannya adalah 35 kitab, 1871 bab, serta 4800 hadis. Tetapi menurut Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, jumlahnya sebanyak 5274 hadis. Perbedaan perhitungan tersebut tidaklah aneh, karena Abu Daud sering mencantumkan sebuah hadis ditempat yang berbeda, hal ini dilakukan karena untuk menjelaskan suatu hukum dari hadis tersebut, dan disamping itu untuk memperbanyak jalur sanad. Adapun sistematika atau urutan penulisan hadis dalam kitab sunan Abu Daud adalah sebagai berikut[5] :

NO
NAMA KITAB
Jumlah
BAB
HADIS
1
Al-taharah
143
390
2
Al-Shalat
367
1165
3
Al-Zakat
47
145
4
Al-Luqatah
-
20
5
Al-Manasik
98
325
6
Al-Nikah
50
129
7
Al-Talaq
50
138
8
Al-Saum
81
164
9
Al-Jihad
182
311
10
Dahaya
20
56
11
Al-Said
4
18
12
Al-Wasaya
17
23
13
Al-Fara’id
17
43
14
Al-Kharaj wa al-Imarah
40
161
15
Al-Janaiz
84
153
16
Al-Aiman wa al-Nuzur
32
84
17
Al-Buyu’ wa al-Ijarah
92
245
18
Al-Aqdiyyah
30
70
19
Al-‘Ilm
13
28
20
Al-Asyribah
22
67
21
Al-At’imah
55
119
22
Al-Tib
24
71
23
Al-‘Atqu
15
43
24
Al-Huruf wa al-Qira’
-
40
25
Al-Hammam
3
11
26
Al-Libas
47
139
27
Al-Tarajjul
21
55
28
Al-Khattam
8
26
29
Al-Fitan
7
39
30
Al-Mahdi
-
12
31
Al-Malahim
18
60
32
Al-Hudud
40
143
33
Al-Diyat
32
102
34
Al-Sunnah
32
177
35
Al-Adab
108
502

E.     Pendapat Para Tokoh Tentang Kitab Sunan Abu Daud
Diantara pandangan atau komentar positif para ulama terhadap kitab sunan Abu Daud tersebut antara lain adalah, al-Khattabi berkata “ketahuilah oleh kamu sekalian, sesungguhnya kitab karya Abu Daud itu adalah kitab (sunan) yang ditulis mengenai pengetahuan keagamaan (Islam) dan tidak ada yang sebanding dengannya[6].”, Imam Abu Hamid al-Ghazali memandang kitab sunan Abu Daud ini sudah cukup atau telah memenuhi syarat bagi para mujtahid untuk melakukan ijtihadnya,. Ibn al-‘Arabi mengatakan “apabila seseorang sudah memiliki kitabullah dan kitab sunan Abu Daud, maka tidak lagi memerlukan kitab lainnya”[7].
Disamping ulama-ulama tersebut yang memberikan penilaian positif atas kitab sunan Abu Daud, ada pula ulama hadis yang mengkritik hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Abu Daud antara lain adalah adalah Ibn al-Jauzi. Ia seorang ahli tokoh hadis yang terkenal bermadzhab Hanbali dan telah melakukan penelitian terhadap hadis-hadis. Ibn al-Jauzi menemukan hadis-hadis yang maudhu’ (palsu). Namun kritikan tersebut telah dibahas kembali oleh Jalaluddin al-Suyuti dalam kitabnya yang berjudul al-La’ali al-Masnu’ah fi Ahadis al-Maudu’ah dan Ali bin Muhammad Iraq al-Kunani dalam kitabnya Tanjih al-Syari’ah al-Maudu’ah. Dalam kitab tersebut dijelaskan kembali hadis-hadis yang dikritik oleh Ibn al-Jauzi, kemudian Ibn Taimiyah, Ibn Hajjar al-Asqalani, dan Imam Nawawi mengemukakan beberapa argumennya, antara lain , pertama, sebagian hadis dijelaskan kualitasnya sedangkan sebagian lain tidak. Kedua, adanya hadis dha’if yang dinilai oleh para ulama tetapi tidak ada penjelasan Abu Daud. Ketiga, adanya kemiripan Abu Daud dengan Imam Ahmad dalam mentolerir hadis-hadis dha’if.[8]






BAB III
PENUTUP
Ø  Kesimpulan
Abu Daud Sulaiman bin al-Asy’as bin Basyir bin Syidad bin Imran al-Azdi al-Sijistani, yang biasa kita kenal sebagai imam Abu Daud, yakni pengarang kitab Sunan Abu Daud adalah seorang tokoh hadis dilain sisi ia adalah ahli fiqih di masanya yang produktif dalam menghasilkan berbagai karya, terbukti dengan berbagai kitab yang dikarangnya, salah satunya adalah kitab sunan Abu Daud ini, yang merupakan karya monumentalnya. Beliau sebagai ulama hadis pada umumnya berhijrah dari satu tempat ke tempat lainnya guna mencari hadis dari tokoh hadis lainnya yang nantinya ia jadikan sebagai guru, dan ia pun tak jarang meriwayatkan riwayat atau hadis pada seorang tokoh hadis lainnya yang nantinya ia jadikan sebagai muridnya. Seiring berjalannya waktu kemudian ia pun membukukan hadis-hadis menjadi lebih periodik, yang kemudian ia beri nama kitab sunan Abu Daud.
Dalam kitab sunan ini memiliki karakteristik yang menjadi ciri khasnya, yakni hanya memuat hukum-hukum Islam, susunannya pun berdasarkan urutan hukum fiqih, dari segi metodologis, Abu Daud telah melakukan penyaringan kurang lebihnya 500.000 hadis menjadi sekitar 4.800 an hadis, ini membuktikan keselektifan Abu Daud dalam proses penghimpunan hadis, dan yang membedakan dari kitab sebelumnya ia pun menambahkan hadis selain sahih dalam kitabnya, meskipun hadis itu dha’if sekalian, namun beliau memiliki kriteria atau standarisasi tersendiri dalam menilainya.
Kitab sunan ini pun selain mendapat berbagai sanjungan tak jarang pula menuai suatu kritikan dari para ulama lainnya, akan tetapi semua kritikan yang dilontarkan itu tidak lantas mengurangi keabsahan dari kitab sunan Abu Daud itu sendiri.


Wallahu a’lam bi al sowabb




DAFTAR PUSTAKA

Ø  Abdurahman, Muhammad, Studi Kitab Hadis, Yogyakarta : Teras, 2003
Ø  Assa’id, Abdullah, Hadis hadis Sekte, Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar, 1986
Ø  Khaeruman, Badri, Ulum al-Hadis, Bandung : CV. Pustaka Setia, 2004
Ø  _______________Otentitas Hadis, Bandung : PT. Rosda Karya, 2004
Ø  Makalah Kelompok 3
Ø  Sunan Abu Daud



[1] . Badri Khaeruman, Ulum Al-Hadist (CV. PUSTAKA SETIA, Bandung 2010) hlm259-260
[2] . M. Abdurahman, Studi Kitab Hadis (Teras, Yogyakarta 2003) hlm 86-91
[3] . dikutip dari makalah kel. 3 dalam perkuliahan Studi Kitab Hadis II. Hlm 5
[4] . Sa’dullah assa’id, Hadis-hadis sekte, (PT. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1996) hlm 51
[5] . M. Abdurahman, Op.Cit., hlm 94.
[6] . Badri Khaeruman, otentitas hadits, (PT. Rosda Karya : Bandung 2004) hlm 87
[7] . M. Abdurahman, Opcit., hlm 101
[8] . http://www.referensimakalah.com/2011/09/pendapat-ulama-tentang-kitab-sunan-abu_7509.html?m=1. Muslihin al-Hafiz, Diunggah pada 19 Maret 2013, pukul 23.56 WIB